Senin, 12 April 2010

Softskill VS Korupsi

Softskill merupakan suatu keahlian yang tidak didapat disekolah formal maupun perkuliahan, karena softskill erat hubungannya dengan moralitas dan kepribadian seseorang. Softskill merupakan kemampuan pribadi yang tumbuh dari nilai – nilai normatif bukanlah edukatif formal, yang mana dapat kita jumpai dalam lingkungan kita sendiri.

Kemampuan akademik saja tidaklah cukup membekali diri kita dalam kehidupan bermasyarakat, banyak orang pandai yang berbekal banyak ilmu namun tidak terpakai dalam masyarakat hanya karena kurangnya softskill, misalny saja kurang dapatnya bekerjasama, atau bahkan bermasyarakat.

Jika softskill dinilai begitu penting, lantas apa sajakah softskill itu? Softskill dapat berupa kemampuan yang beraneka ragam diluar kemampuan edukasi, seperti softskill yang dimiliki seorang mahasiswa, hendaknya mahasiswa tersebut memiliki sifat rajin, pantang menyerah, mampu beradaptasi, bekerjasama, sopan santun dan sebagainya. Oleh karena itu softskill sangat diperlukan untuk mendampingi kemampuan akademik lebih sebagai fungsi kontrol serta pemerkaya pengembangan kemampuan akademik kita.

Begitu pentingnya softskill, apakah ada hubungannya dengan kasus – kasus korupsi yang tengah marah di tengah – tengah masyarakat ini? Pasti softskill mengambil peran penting dalam porsi itu. Mengapa demikian? Softskill tidaklah sebatas hanya perlu dimiliiki oleh seorang mahasiswa, tapi bagi setiap orang. Seorang yang melakukan tindak korupsi tidaklah berfikir panjang. Mereka telah hanyut oleh rayuan kekayaan yang sesungguhnya akan semakin membuat mereka lupa diri. Kurangnya pemahaman akan hak yang mereka rampas membuat mereka gelap mata untuk memperkaya diri. Kurangnya kesadaran akan pentingnya arus uang – uang yang mereka ambil juga merupakan salah satu sebeb terhambatnya perekonomian bangsa ini. Karena kurangnya softskill, dalam hal ini moral, kesadaran serta kepedulian bangsa dapat menyebabkan para koruptor menjadi orang yang makin lupa diri dan gelap mata, tidak peduli hak siapa yang diambil sekalipun. Mereka telah melupakan nasib – nasib saudara yang masih kekurangan dan kekurangan sementara mereka hidup dalam dunia yang glamour, tidak ada lagi takut akan dosa dan hilang semua rasa iba. Itulah softskill yang hilang dari para koruptor, yang harusnya telah tertanam sebagai dasar mendampingi hidup agar tidak hanya diri individu yang sejahtra, tapi semua dapat ikut merasakannya. Para koruptor sesungguhnya tidak benar – benar kehilangan softskill, namun memunculkan softskill baru yang negatif, yakni kemampuan negosiasi kecurangan, manipulasi, serta memainkan peran dengan kekuasaan mereka.

Softskill sebenarnya dapat kita temui dengan mudah dalam kehidupan kita, lewat budi pekerti yang diajarkan oleh orang tua kita, lewat ceramah – ceramah agama yang makin membuka hati kita, serta lingkungan masyarakat yang baik juga ikut mendukung perkembangan diri seseorang. Oleh karena itu, mulailah diri kita dari sekarang membenahi diri, memperkaya softskill dan mennjaganya dengan keimanan dan pengendalian diri agar nantinya kita dapat menjadi pribadi yang berkualitas, berharga serta dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.

sumber: http://phoenixboy.ngeblogs.com/2010/04/09/apakah-karena-kurang-softskillsoftskill-vs-korupsi/

0 komentar:

Posting Komentar

 
mystory Design by: Yanmie at Permata Hatiku